My Dream
"Aku punya mimpi hari ini...." (Martin Luther King, Jr.)
Merenungi apa yang sudah saya capai sejauh ini, saya tertegun. Tuhan luar biasa. Ia membuat apa yang saya impikan di tahun 2005 (: menjadi guru dan penulis) tercapai. Menyaksikan tulisan-tulisan saya menjadi berkat (walaupun masih amat sedikit); dan mengajar, juga bercanda, di tengah murid-murid saya yang kecil-kecil, bahagia rasanya. Indah rasanya hidup ini.
Sebelumnya, tahun 2004, saya pernah punya sebuah daftar mimpi-mimpi yang ingin saya raih hingga saya berusia 40 tahun. Namun suatu ketika saya membakarnya. Saya merasa tak sanggup mencapainya. Saya tidak tahu apakah ada orang yang lebih gila (selain saya) untuk bermimpi menciptakan lagu, membuat buku, menjadi guru, mendirikan sekolah, mendirikan panti asuhan, mendirikan usaha penerbitan, sekaligus menjadi sutradara/produser/penulis skenario film. Itu belum termasuk mimpi-mimpi yang saya tuliskan setelah saya berusia 40 tahun: kalau tak salah masih ada beberapa mimpi lagi yang saya tuliskan berkaitan dengan dunia pelayanan (rohani) dan bisnis.
Setelah membakarnya, impian itu perlahan-lahan mulai bergeser -- juga berkurang. Antara tahun 2005-2006 saya membuat suatu pernyataan sederhana berawal dari mimpi di dalam hidup ini: "Aku akan menjadi guru dan penulis yang berkualitas. Aku terpanggil untuk mencerdaskan orang lain dan memberi sentuhan rohani yang bermakna bagi orang lain." Pernyataan itu saya sering ulang-ulangi selama beberapa bulan. Sampai akhirnya saya tak tahu kapan, pernyataan itu tak terulang-ulang lagi.
Kini, sambil melihat masa lalu dan mereka-reka masa depan, saya hendak kembali menjadi orang yang berani bermimpi. Saya ingin belajar berani menyatakan impian saya sekalipun dianggap sebelah mata oleh orang lain -- bahkan oleh Anda. Saya tak malu sekalipun impian itu gagal dan akhirnya mengundang cercaan. Bahkan cercaan akibat dianggapnya mimpi-mimpi ini yang terlalu muluk pada diri saya sebelum mimpi-mimpi itu gagal atau berhasil, juga tak apa-apalah. Pun hidup hanya sekali, cercaan rasanya juga perlu diterima, daripada selalu dipuja-puji.
Pertama, saya bermimpi mengarang sebuah novel sejarah yang saya rasa cukup tebal. Paling sedikit 500 halaman (ketikan satu setengah spasi di halaman kertas kuarto). Saya akan memulainya akhir tahun ini. Novel ini akan saya karang selama 2-3 tahun dan nantinya akan saya ikutkan lagi di lomba penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta. Saya telah kalah tahun ini, dan saya akan tetap berjuang untuk kesempatan berikutnya (mungkin 3 tahun lagi). Kalah maneh yo wis, sak karepe dewan juri.
Kedua, saya bermimpi pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan saya. Bidang yang hendak saya ambil adalah pendidikan dan kepenulisan. Negara yang saya akan tuju adalah Prancis dan Amerika. Saya tidak tahu kapan akan pergi ke salah satu negara ini (lalu ke negara berikutnya), tapi firasat saya menyatakan dua atau tiga tahun lagi sejak sekarang.
Ketiga, saya bermimpi bisa menerbitkan dua hingga tiga buah buku setahun mulai tahun ini. Buku-buku ini sebagian besar adalah fiksi.
Keempat, saya bermimpi menulis beberapa buah lagu. Saya tidak tahu berapa buah lagu tepatnya -- tak ada target khusus. Saya amat suka musik, dan tiada hari tanpa memetik gitar. Rasanya sayang kalau kemampuan bermusik ini tidak dipakai untuk mencipta.
Kelima, dan terakhir, saya bermimpi untuk mendirikan sekolah dan panti asuhan. Ini rasanya mimpi jangka panjang. Alasan utama keberadaan mimpi ini adalah meningkatnya jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun. Selain itu, di desa-desa, pendidikan berkondisi amat parah! Sekolah dan panti asuhan saya itu kalau bisa menjadi satu kawasan. Di sana pendidikan dengan gratis diberikan, dan mata pelajaran di luar kurikulum nasional yang ditambahkan di dalamnya adalah "Semangat Hidup".
Demikianlah mimpi-mimpi saya. Saya bersyukur kalau apa yang saya jalani di masa ini adalah penggenapan mimpi-mimpi saya di masa lalu. Kepada Tuhan, yang telah menghadirkan mimpi-mimpi di benak saya (juga yang telah menjadikan sebagian darinya menjadi kenyataan), saya kembali bersujud sembah, untuk menyerahkan semuanya kepada-Nya. Terpujilah nama-Nya. Ialah yang patut disanjung atas semua keberhasilan yang mungkin akan tergapai -- juga telah tergapai -- berdasarkan mimpi-mimpi ini.
Haleluya.
0 komentar:
Post a Comment